Minggu, 07 Oktober 2012

* HAKIKAT WANITA *


* HAKIKAT WANITA *
Allah Subhana Huwa Ta'ala berfirman :"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah diciptakan-Nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu mendapat ketenangan hati dan dijadikan-Nya kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang berfikir."(QS. Ar-Rum : 21)

Adalah wanita diciptakan Allah Subhana Huwa Ta'ala dari pria. Sebagaimana Al-Qur'an berkisah tentang penciptaan Adam dan Hawa.

Terbukti sudah pria dan wanita adalah pasangan serasi sejak dahulu kala.Meski demikian wanita dipandang lemah, Padahal sesungguhnya ia menyimpan energi yang luar biasa.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :"Yang memimpin wanita bukanlah akalnya melainkan hatinya (perasaannya). Di dalam kepala wanita ada kekurangan, tetapi di dalam hati mereka ada kelebihan."(HR. Al Hakim)

Karena itu hanya mereka yang tidak pandailah yang tidak menempatkan wanita dalam kemuliaan.Meski terkadang menghadapi wanita sama susahnya dengan kata sejumlah orang membersihkan kaca-kaca berdebu. Terlalu keras membersihkan bisa pecah, tetapi terlalu halus, debunya tidak hilang.

Seperti dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam :"Sesungguhnya wanita itu diciptakn dari tulang rusuk, maka sebengkok-bengkoknya tulang rusuk adalah yg paling atas. Jika engkau bersikap keras terhadapnya (tulang rusuk itu), maka engkau akan mematahkannya. Namun jika engkau membiarkannya maka ia (tulang rusuk itu) akan terus bengkok."(HR. Bukhari wa Muslim)

Di sinilah cahaya kesadaran Ilaahi mengisi ruang dialog hati seorang suami kepada istrinya.Untaian kata nasihat terucap tidak harus kaku dan berakhir beku.

Allah Subhana Huwa Ta'ala berfirman :"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."(QS. Thaha : 44)

Karena sejatinya ketulusan cinta atas dasar kecintaan kepada Ar-Rahman yang akan melahirkan kemuliaan dan memuliakan.

Dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda :"Jika seorang hamba mencintai hamba yang lain karena Allah 'Azza Wa Jalla, berarti ia telah memuliakan Allah 'Azza Wa Jalla."(HR. Ahmad)

Adab Sang Faqir


Al-Junaid rahimahullah berkata:
“Kefakiran adalah lautan bala’ (bencana). Sementara seluruh bencananya adalah kemuliaan.”

Al-Junaid rahimahullah juga berkata:
“Jika ilmu seorang fakir menguat maka cinta (mahabbah)nya akan melemah. Dan jika ilmunya melemah maka cintanya akan menguat. Sedangkan kebijakan hukum seorang fakir seharusnya ilmunya berada di atas cintanya.”

Saya mendengar ad-Duqqi - rahimahullah - yang saat itu berada di Damaskus, berkata: Saya mendengar Abu Bakar az­Zaqqaq-rahimahullah - di Mesir berkata, “Selama empat puluh tahun saya berteman dengan orang-orang fakir. Saya bergaul dengan mereka, tapi saya tidak pernah melihat satu pemandangan pun yang lebih sejuk dari keadaan mereka yang saling mencintai antara satu dengan yang lain.

Maka barangsiapa tidak memiliki taqwa dan wara` (jaga diri dari syubhat) dalam hal ini jelas la akan makan barang yang mesti haram.”

Dikisahkan dari Abu Abdillah al Jalla’ - rahimahullah -yang berkata, “Barangsiapa dalam kefakirannya tidak dibarengi dengan wara`, tentu la akan makan barang haram murni, sedangkan ia tidak menyadarinya.”

Dikisahkan dari Sahl bin Abdullah - rahimahullah - yang berkata, “Adab seorang fakir yang jujur dalam kefakirannya ada tiga: Tidak meminta di kala la membutuhkan, tidak menolak jika diberi dan tidak menyimpan untuk waktu berikutnya ketika ia mengambil.”

Sebagian kaum Sufi berkata, “Adab seorang fakir yang jujur ada tiga: Tidak meminta, tidak membantah dan jika dibantah akan diam.”

Dikisahkan dari Sahl bin Abdullah - rahimahullah - yang berkata, “Seorang fakir memiliki tiga kewajiban: Menjaga rahasia hatinya, menunaikan apa yang diwajibkan kepadanya dan menjaga kefakirannya.”

Al-Junaid - rahimahullah - berkata, “Segala sesuatu akan sanggup dilakukan oleh seorang fakir kecuali kesabarannya atas waktu hingga habis masanya.”

Ibrahim al-Khawwash - rahmahullah - berkata, `Ada dua belas sifat yang menjadi ciri seorang fakir (yakni para kaum Sufi), balk ketika sedang di rumah maupun ketika sedang bepergian:
 1. Hendaknya la selalu merasa yakin dan tenang (thuma’ninah) dengan apayang Allah janjikan;
 2. Hendaknya tidakberharap pada makhluk;
3. Menyatakan perang dan melawan terhadap setan;
 4. Selalu mendengar perintah Allah;
5. Memiliki rasa sayang kepada semua makhluk;
 6. Sanggup memikul dan bersabar atas semua tindakan makhluk yang menyakitkan dirinya;
7. Tidak meninggalkan nasihat untuk semua umat Islam;
8. Hendaknya selalu berendah hati dalam masalah kebenaran;
9. Selalu sibuk dalam ma’rifat Allah;
10. Untuk selamanya dalam kondisi suci;
11. Kefakirannya hendaknya menjadi modal utama; dan 12. Selalu rela (ridha) terhadap apa yang datang dari Allah; sedikit atau banyak, disukai atau tidak. Semuanya adalah satu, yakni dari Allah. Mereka harus ridha kepada-Nya, bersyukur dan percaya kepada-Nya.”

Sebagian kaum Sufi berkata, “Barangsiapa meminta kefakiran karena ingin memperoleh pahala kefakiran, maka ia akan mati dalam kondisi fakir.”
Sebagian kaum Sufi yang lain berkata, “Seorang fakir, apabila banyak akal maka perilaku baiknya akan hilang.”

Syekh Abu Nashr as-Sarraj - rahimahullah - berkata:
Di antara adab para fakir Sufi dalam menyikapi apa yang diberikan Allah kepada mereka dengan tanpa terlebih dahulu meminta dan berharap hendaknya tidak mengucapkan, “Ini milikku, dan ini milik Anda.” Sementara dalam pembicaraan mereka tidak boleh ada kata-kata, “Aku adalah untuk Anda, sementara Anda bukan untukku. Aku berbuat demikian semoga menjadi demikian. Aku tidak melakukan demikian, semoga demikian.”

Dikisahkan dari Ibrahim bin Syaiban - rahimahullah -yang berkata, “Kami tidak pernah bersahabat dengan orang yang mengatakan, `Ini adalah sandalku dan tempat minumku’.”

Abu Abdillah Ahmad al-Qalanisi-dimana la adalah guru al-­Junaid - berkata, `Aku pernah mendatangi sekelompok orang­orang fakir di Basrah. Kemudian mereka menghormati dan meng­agungkanku. Suatu saat aku pernah mengatakan kepada salah seorang di antara mereka, `Dimana sarungku?’ Maka sejak saat itu aku jatuh dan rendah dalam pandangan mereka.”

Abu Ishaq Ibrahim bin al-Muwallad ar-Raqqi berkata, “Saya pernah masuk di Tharasus. Kemudian dikatakan kepadaku, `Di sini ada sekelompok orang dari saudara-saudara Anda yang ber­kumpul di suatu rumah.’ Kemudian saya masuk menemui mereka, dan saya melihat ada tujuh belas orang fakir yang sehati.”

Dikatakan kepada Abu Abdillah Ahmad al-Qalanisi - rahima­hullah, “Atas dasar apa Anda membangun madzhab Anda?” Kemudian la menjawab, `Atas dasar tiga perkara:

1. Kami tidak pernah menuntut manusia atas hak-hak kami;

2. Kami menuntut diri kami sendiri untuk menunaikan hak-hak orang lain; dan 3. Memastikan diri kami berbuat kealpaan terhadap semua yang kami lakukan.”

Sebagian kaum Sufi berkata, “Kami membangun landasan dasar madzhab kami atas tiga perkara:

1. Selalu mengikuti perintah dan menjauhi larangan;

2. Memeluk erat kefakiran; dan 3. Belas-kasih pada semua makhluk.”

Sementara kaum Sufi yang lain berkata, “Jika Anda melihat seorang fakir telah merosot dari tingkatan hakikat menuju ke tingkatan ilmu (syariat), maka Anda perlu tahu, bahwa ia telah menghapus keinginan kuatnya dan melepas tali pengikatnya.” Ibrahim al-Khawwash - rahimahullah - berkata, “Bukan termasuk adab kaum fakir (kaum Sufi) orang yang masih memiliki sebab (sarana) yang akan dirujuknya kembali ketika la membutuh­kannya, atau memiliki dua tangan untuk melakukan suatu peker­jaan tatkala ia menghendaki, atau lisan yang ia jadikan alat meminta tatkala la lapar, atau keinginan kuat yang la akan pergi kepada orang lain ketika dalam kondisi kesulitan. Dimana semua ini bagi mereka merupakan sarana dan simpanan ketika dalam kondisi krisis dan sarana yang bisa memberi.”

Al Junaid - rahimahullah - berkata, “Jika Anda berjumpa dengan orang fakir maka sambutlah dengan penuh kasih, dan jangan sambut la dengan ilmu. Sebab kelembutan cdan kasih sayang akan penghiburnya, sedangkan ilmu akan membuat gelisah.” (SN)

UMUR NABI ADAM


Menurut keterangan yang terdapat pada Kitab Tafsir At-Thobry umur adam adalah SERIBU TAHUN dikurangi EMPAT PULUH TAHUN 
 = 960 TAHUN
حدثنا ابن حميد قال: حدثنا يعقوب، عن جعفر، عن سعيد، في قوله:(وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذرياتهم) قال: أخرج ذريته من ظهره كهيئة الذرِّ، فعرضهم على آدم بأسمائهم وأسماء آبائهم وآجالهم! قال: فعرض عليه روح داود في نورٍ ساطع، فقال: من هذا؟ قال: هذا من ذرّيتك، نبيٌّ خليفة. قال: كم عمره؟ قال: ستون سنة قال: زيدوه من عمري أربعين سنة. قال: والأقلام رطبة تجري. فأثبت لداود الأربعون، وكان عمر آدم عليه السلام ألف سنة; فلما استكملها إلا الأربعين سنة، بُعث إليه ملك الموت، فقال: يا آدم أمرت أن أقبضك قال: ألم يبق من عمري أربعون سنة؟ قال: فرجع ملك الموت إلى ربه، فقال: إن آدم يدَّعي من عمره أربعين سنة! قال: أخبر آدم أنه جعلها لابنه داودَ والأقلام رطبة فأُثبتت لداود.

Bercerita padaku Ibnu hamid dia berkata : Bercerita padaku Ya’qub dari Ja’far dari Sa’id dalam Firman Allah “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (7:172)” 

Keluarkan keturunannya dari sulbinya seperti barang kecil yang bertaburan. Kemudian mereka diperlihatkan pada Adam dengan nama-namanya, ayah-ayahnya serta masa kematiannya, kemudian juga diperlihatkan pada Adam As ruh Daud As dari cahaya yang cemerlang,

Adam bertanya, Siapa dia ?

“Dia juga dari keturunanmu, kelak menjadi Nabi dan pengganti (mu)”

Adam bertanya, berapa umurnya ?

“Enam puluh tahun”

Adam berkata, (Aku mohon) tambahkan dari umurku empat puluh tahun untuknya, Qolampun berjalan (mencatat) hingga di tambahkan untuk umur Daud As empat puluh tahun.

Adalah umur Adam As. seribu tahun, maka saat Adam telah menyempurnakan usianya kecuali empat puluh tahun (yang ditambahkan untuk Nabi Daud As.), Allah mengutus malaikat maut seraya berkata

”Wahai Adam, aku diperintahkan untuk mengambil nyawamu”

“Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun ?” Tanya Adam

Kemudian malaikat maut menanyakan perihal ini. 

Allah berkata “Sesungguhnya Adam telah mengangkat empat puluh tahun dari umurnya yang telah dia berikan pada anaknya dan Qolam telah mencatatnya diberikan pada Daud As.”

Tafsir At-Thobry XIII/239

Neil Elmuna 

KETERANGAN DALAM KITAB INI BAHWA NABI ADAM TETAP DIBERI UMUR 1000 TAHUN TANPA DIKURANGI LALU DIBERIKAN KE NABI DAUD DAN BEGITUPUN NABI DAUD TETAP DIBERIKAN USIA 100 TAHUN TANPA DITAMBAHI DARI JATAH USIA NABI ADAM..
 NAMUN HIKMAH DARI SIFAT LUPA NABI ADAM PERIHAL PERSETUJUAN DIBERIKAN USIANYA 40 TAHUN UTK NABI DAUD INI MENGAKIBATKAN ANAK KETURUNANNYA JUGA AKAN MENGALAMI SIFAT YANG SAMA CENDERUNG LUPA DENGAN JANJI YG SUDAH DIUTARAKAN.. KARENA ITULAH MULAI SAAT ITULAH U ALLAH MEWAJIBKAN HARUS ADA PENCATATAN DAN PENGHADIRAN SAKSI-SAKSI DALAM PERAJANJIAN2 PENTING.. WALLOHU A'LAM.

'AROO-ISUL MAJAALIS HAL 59

(Copas, dari berbagai sumber)

IMAM RABBANI qs. dan RIWAYAT HIDUP SERTA NASIHATNYA


Nama asli Imam Rabbani ra. dan Imam Khawajikan ra.

Ikhwan ada yg bertanya: Siapakan Imam Rabbani dan Imam Khawajikan yg disebut dalam khataman?Jawab :
Yang dimaksud dengan Imam Rabbani adalah Asy-Syaikh AHmad bin Asy-Syaikh Abdul Wahid al-Umri al-Sahruwardi Al-Faruqi, seperti dalam sanadnya Maulana DHiyahuddin Abil Baha yg tersebut dalam Kitab al-Bahjah at-Saniyyah fi adab al-Thariqah al-'Aliyah Hal 11:...dari gurunya dan orang tuanya yang memancarkan keajaiban, sumber asrar dan ma'ani, yaitu syaikh Ahmad al-Faruqi al-Sirhindi yang terkenal dengan al-Rabbani, pembaharu kedua pada tahun 1000 H.(qaddasallohu sirrahu).Adapun yang dimaksud dengan Imam Khawajikan adalah Syaikh Abdul Khaliq al-Fajduwani atau al-Ghajduwani (qaddasallohu sirrahu),penolong umat, seperti yang tersebut di Hamisy Majmuu'ah al-Khalidiyyah al-Naqsyabandiyah, hal 7., sebagai berikut: Permulaan Guru-guru Khawajikan itu dari Syaikh Abdul Khaliq al-Fajduwani (qaddasallahu sirrahu) 

wallohu'alam

RIWAYAT HIDUP IMAM RABBANI
Riwayat Mengenai Beliau qs (Imam Rabbani) yg kita dapat dari teman2 di Naqsyabandiyah : Shaykh Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi

Jika Tuhan menyebabkan seseorang mendekat kepada-Nya, Dia akan membuat Diri-Nya menjadi objek dari kerinduannya, tanpa dia mengetahui, seperti api dari kisah Musa, yang Musa lihat dari mata fisik belaka, tanpa menyadari adanya sesuatu Yang Agung.Jika engkau memahami perkataanku maka engkau akan mengetahui dalam bentuk yang berbeda: Jika saja Musa mencari sesuatu yang lebih dari sekedar api belaka, Musa akan melihat Diri-Nya di dalamnya dan bukan hanya sekedar api.

Ibn cArabi, Fusus al-Hikam

Shaykh ahmad al Faruqi as-Sirhindi adalah Sinai dari perwujudan Ilahi, sidrathul muntaha dari pengetahuan yang unik, dan air terjun dari pengetahuan yang tersembunyi dari para Nabi. Beliau adalah Ulama yang sangat jenius dan Sultan di muka bumi, yang terlahir dalam keadaan tersenyum dan dimuliakan. Beliau adalah pembimbing sempurna yang disempurnakan. Beliau adalah muadzin yang memangil orang-orang ke Hadirat-Nya.

Kutub Utama dan Imam surgawi yang unik. 

Shaykh Ahmad menghidupkan agama di milenium ke dua, pemimpin kami dan guru besar kami, putra dari Shaykh Abdul Ahad, putra dari Zain al Abidin, putra dari Abdul Hayy, putra dari Muuhammad, putra dari Habib Allah, putra dari rafiudin, putra dari Nur, putra dari Sulaiman, putra dari Yusuf, putra dari Abdullah, putra dari Ishaq, putra dari abdullah, putra dari Shuayb, putra dari Ahad, putra dari Yusuf , putra dari Shihabudin, putra dari Nasrudin, putra dari Mahmud, putra dari Sulayman, putra dari Masud, putra dari Abdullah al-Waiz al-Saghari, putra dari Abdullah, putra dari abdul Fatah, putra dari Ishaq, putra dari Ibrahim, putra dari Nasir, putra dari Abdullah, putra dari Amirul Muminin, khalifah Nabi Umar al-Faruq ra.

Beliau lahir di hari Asyura, 10 Muharam 971H/1564M, di sebuah desa bernama Sihar Nidbasin. Daerah itu disebut juga Sirhindi atau Lahore , sekarang di Pakistan. Beliau menerima pengetahuan dan pendidikan dari ayahnya dan melalui para Shaykh di zamannya.
Beliau menguasai dengan cepat tiga Jalan spiritual: Suhrarwardi, Chisti, dan Qadiri. Beliau diizinkan untuk mulai membimbing pengikut dari ketiga Jalan tersebut pada usia 17 tahun. Beliau sangat aktif dalam menyebarkan ajaran dari ketiga jalan tersebut dan membimbing pengikutnya, tetapi tetap beliau merasakan ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya dan beliau melakukan pencarian tanpa henti untuk itu.
Beliau tertarik dengan jalan Naqshbandi, karena beliau dapat melihat dengan pengetahuan dari ketiga jalan yang beliau kuasai bahwa Naqshbandi adalah jalan yang paling tinggi.Di dalam proses pencarian spritual ini akhirnya membawa beliau kehadapan Kutub Spritual di zamannya, Shaykh Muhammad al-Baqi, yang dikirim oleh dari Samarqand ke India oleh Shaykh beliau Shaykh Muhammad al-Amkanaki. Beliau mempelajari ajaran Naqshbandi dari shaykh Muhammad Baqi dan tinggal bersama selama dua bulan atau terkadang beberapa hari, hingga tiba saatnya Shaykh Muhammad al-Baqi membukakan hatinya, dan mengisinya dengan ajaran yang tersembunyi dari jalan ini dan memberi izin untuk membimbing murid-muridnya di jalan ini. Shaykh Muhammad al-Baqi berkata tentang diri beliau Dia adalah kutub spiritual tertinggi. 

Prediksi tentang beliau
Rasul saw mengatakan dalam salah satu hadistnya: 
Akan ada seseorang hadir diumatku yang dipanggil dengan silah (penghubung). Dengan syafaatnya akan banyak orang akan diselamatkan. Ini terdapat di kumpulan hadis Suyuti, Jam al-Jawami. Yang membuat ini menjadi hal yang benar adalah ketika Shaykh Ahmad Al-Faruqi berkata tentang dirirnya Allah telah menjadikan diriku silah (penghubung) antara dua samudera ini berarti bahwa Allah swt telah membuat beliau sebagai penghubung antara dua pengetahuan, yaitu eksternal dan internal. 

Shaykh Mir Husamudin berkata:
Aku melihat Rasul saw dalam mimpiku berdiri di mimbar dan memuji Shaykh Ahmad Sirhindi. Rasulullah saw berkata.Aku bangga dan bahagia dengan hadirnya dia di umatku. Tuhan telah menciptakan dia menjadi seorang pembangkit agama.

Para awliya telah memprediksi kemunculan beliau. Salah satunya adalah shaykh Ahmad al Jami, yang berkata: 
Setelah aku akan muncul 17 pria dari hamba Allah, semuanya bernama Ahmad, dan yang terakhir dari mereka akan menjadi kepala dari milenium. Dia akan menempati posisi puncak di antara mereka, dia akan menerima pengetahuan yang tersembunyi. Dia akan membangkitkan agama. 
  Prediksi lainnya adalah dari Shaykh Muhammad al-Amkanaki, yang berkata kepada khalifahnya:
seorang dari India akan muncul. Dia akan menjadi Imam di abadnya. Dia akan engkau latih, segera temui dia, karena para hamba Allah telah menanti kedatangannya. 
Muhammad al-Baqi berkata, Itu sebabnya aku pindah dari Bukhara (rusia) ke India ketika mereka bertemu, beliau berkata kepada Shaykh Ahmad al-Faruqi: 
Engkau adalah yang dimaksud oleh Shaykh al-Amkanaki. 
Ketika aku melihat engkau, aku tahu engkau adalah kutub spiritual di waktumu. Ketika aku memasuki daerah Sirhindi di India, aku menemukan lampu yang sangat besar dan sangat terang hingga cahayanya menggapai Surga. Semua orang mengambil cahaya dari cahaya itu, Engkau adalah lampu itu. 
Juga dikatakan oleh shaykh dari ayahnya, shaykh Abdul Ahad, yang saat itu adalah shaykh dari Qadiri, bahwa beliau pernah diberikan sebuah jubah dari shaykhnya sebelumnya yang mewarisi dari pembimbing Agung, shaykh Abdul Qadir Jailani. Beliau berkata kepada penerusnya: 
Simpanlah jubah ini untuk seseorang yang akan muncul di akhir milenium pertama. Namanya Ahmad. Dia akan membangkitkan agama. Aku telah menghiasi dia dengan seluruh rahasiaku. Dia akan mengkombinasikan di dalam dirinya pengetahuan internal dan eksternal.

Pencarian sang Raja dan Raja pencari Pandangan dan Pendakian Spiritual Beliau

Shaykh Ahmad al Faruqi berkata: 
Untuk engkau ketahui bahwa sesungguhnya para penjaga Surgawi menarik perhatian diriku karena mereka ingin aku tertarik kepada mereka. Mereka mempersiapkan diriku dalam perjalanan menembus ruang dan waktu di berbagai tingkatan dari para pencari. Aku menemukan bahwa Tuhan adalah esensi dari semua materi, sebagaimana orang-orang sufi telah menyatakannya. 

Kemudian aku menemukan Tuhan di dalam setiap materi tanpa adanya inkarnasi. Aku menemukan Tuhan bersama semua materi. Aku melihat Tuhan di atas segalanya.
Kemudian aku melihat Tuhan dan aku tidak melihat ada yang lain. Ini adalah maksud dari kesaksian atas keEsaan ,yang juga merupakan tingkatan nihil (non eksistensi/fana). Ini adalah tingkat pertama dalam kewalian, dan merupakan tingkatan tertinggi di permulaan Jalan ini. Panorama ini muncul pertama di horison, kemudian di dalam diriku. Kemudian aku diangkat ke tingkat kekekalan (eksistensi/baqa), ini adalah tingkat ke dua dalam kewalian. 

Ini adalah level dimana para wali banyak yang tidak membicarakannya karena mereka tidak menggapainya.

Mereka semua berbicara tentang level nihil (non eksistensi/fana), tetapi setelah tingkatan ini adalah level kekekalan (eksistensi/baqa). Di level ini aku menemukan esensi dari semua ciptaan adalah Tuhan dan esensi dari Tuhan adalah esensi dari diriku. Aku menemukan Tuhan disemua bentuk tetapi dalam realitasnya di dalam diriku. Aku diangkat ke tingkat yang lebih tinggi, untuk menemukan bahwa Tuhan bersama dengan semua ciptaan, tetapi dalam realitasnya Dia dengan diriku. 
Kemudian aku diangkat untuk melihat bahwa Dia mendahului segalanya, tetapi sesungguhnya Dia mendahului diriku. Aku kemudian diangkat lagi ke tingkatan bahwa Tuhan mengikuti segalanya. Tetapi dalam realitas Dia mengikuti aku. Aku melihat Dia di dalam semua ciptaan namun realitasnya Dia di dalam diriku. Kemudian aku melihat semua ciptaan dan aku tidak melihat Tuhan dan ini adalah akhir dari semua tingkatan kewalian dimana mereka membawa aku kembali ke permulaan. Kesimpulannya, mereka mengangkat diriku ke level nihil (non eksistensi/fana), kemudian ke level kekalan (eksistensi/baqa), kemudian mereka membawaku kembali ke level umum (awam) ini adalah level tertinggi dalam membimbing umat ke hadirat Ilahi. Ini adalah tingkat sempurna dalam bimbingan, karena cocok dengan tingkat pemahaman manusia. 

Aku telah menemani hari ini seseorang yang telah menggapai akhir dari akhir, kutub spiritual dari semua ciptaan, manusia yang sempurna, shaykh Muhammad al-Baqi. Melalui diri beliau aku menerima berkah luar biasa. Dengan berkahnya aku dianugerahi kekuatan untuk menarik perhatian yang mengijinkan aku untuk menyentuh semua manusia yang telah Tuhan ciptakan. Aku telah diberikan kehormatan untuk mencapai suatu tingkat yang mengkombinasi tingkatan akhir dan tingkatan awal. 

Aku telah mencapai semua tingkat dari para pencari dan aku telah mencapai akhir, ini adalah makna dari mencari nama dari ar-Rabb (Yang Maha Mendukung) dengan dukungan dari singa Allah (Asad Allah), Ali Bin Abi Thalib ra, semoga Allah memberkahi wajahnya. Aku diangkat ke tingkat Singgasana Ilahi, ini adalah tingkatan Realitas dari kebenaran Muhammad saw. Dengan dukungan Shaykh Bahauddin Naqshband. Kemudian aku diangkat lebih tinggi lagi , ke tingkat keindahan, ini adalah level kebenaran (haqiqi) dari kutub spiritual Muhammad saw, dengan dukungan ruh Nabi yang suci. 

Aku didukung oleh shaykh Alauddin al Attar, dari beliau aku menerima tingkatan dari kutub spritual terbesar dari Hadirat Muhammad saw. Kemudian perhatian surgawi dari Allah menarik diriku. Kemudian aku mendaki menuju sebuah tingkatan yang jauh sebelum kutub spiritual, spesial, dan tingkatan keaslian. Di sini dukungan dari pemberi syafaat Agung , shaykh Abdul Qadir Jailani, mendorong aku ke tingkatan keaslian dari yang asli. 

Kemudian aku diperintahkan untuk kembali ke bawah, selama dalam perjalanan menurun, aku melewati semua 39 Jalan spiritual yang berbeda dari Naqshbandi dan Qadiri. Aku melihat tingkatan semua shaykh dari Jalan tersebut. Mereka menyambut dan memberi penghormatan kepadaku. Mereka kemudian memberikan kepadaku semua perbendaharaan dan pengetahuan mereka yang berharga, yang menyebabkan terbukanya tabir dari realitas yang belum pernah sebelumnya diungkapkan kepada orang lain di zamanku. Kemudian dalam perjalanan kembali, aku bertemu Khidir as, beliau menghiasai diriku dengan pengetahuan surgawi sebelum aku mencapai tingkat kutub spiritual. 

Aku mendaki di berbagai waktu. Suatu saat aku mendaki di atas singgasana Ilahi. Aku diangkat sejauh jarak yang sama dengan antara singgasana Ilahi dengan bumi. 

Di sana aku melihat tempat Shah Naqshband q. kemudian aku melihat di bawah tempat beliau yaitu tempat dari berbagai shaykh. Aku melihat di atas beliau tempat imam dari keluarga Rasul saw dan para khalifah yang adil. Aku melihat tempat para Nabi di satu sisi dan di sisi lainnya Nabi kita Muhammad saw. Aku melihat semua malaikat mengelilingi mereka. Pendakian seperti ini sering terjadi pada diriku.

Tentang Perjalanan Hidupnya

Abu Dawud, di dalam kitab hadist yang otentik, Rasul saw berkata:di setiap permulaan abad, Allah akan mengirimkan seseorang untuk membangkitkan agama demikian, adalah berbeda antara pembangkit setiap abad dan pembangkit setiap milenium. Ini seperti perbedaan seratus dengan seribu. 
Ahmad al- Faruqi berkata: Dalam suatu panorama spiritual, Rasul saw memberikan kabar baik kepadaku; engkau akan menjadi pewaris spiritual dan Allah akan memberikan otoritas untuk memberi syafaat atas ratusan ribu orang pada saat hari kiamat nanti. Beliau meletakkan tangannya yang mulia pada diriku dan memberikan otoritas untuk membimbing umat, dan beliau berkata kepada ku, Belum pernah sebelumnya aku memberikan otoritas untuk membimbing umat. 
Pengetahuan yang muncul dariku berasal dari level kewalian. Aku menerimanya dari cahaya Nabi Muhammad saw. Para wali biasa tidak mampu mengemban pengetahuan seperti ini, karena ini di luar pengetahuan para wali. 
Ini adalah esensi dari pengetahuan agama dan esensi dari pengetahuan tentang esensi Tuhan dan atributnya. 
Tidak seorangpun sebelumnya membicarakan hal ini dan Tuhan telah menganugerahi aku untuk menjadi pembangkit agama di milenium ke dua ini. 
Allah telah mengungkapkan kepadaku rahasia-rahasia dari KeEsaan yang Mutlak, Dia mencampurkan ke dalam hatiku berbagai macam pengetahuan spiritual dan penjelasannya. Dia mengungkapkan kepadaku rahasia-rahasia dari ayat-ayat al-Quran sehingga dari setiap huruf aku dapat menemukan samudera pengetahuan yang mengarah kepada Zat Tuhan yang Maha Tinggi, Maha Kuasa dan Agung. Jika saja aku mengeluarkan makna dari satu kata al-Quran, maka orang-orang akan memenggal leherku, seperti yang telah mereka lakukan kepada al Hallaj dan Ibnu Arabi. Ini adalah maksud dari hadist dari Rasulullah saw, di dalam Bukhari, dinarasikan oleh Abu Huraira ra,Nabi saw telah mencampurkan ke dalam hatiku dua macam pengetahuan , satu untuk aku sampaikan kepada lainnya, dan yang yang satu lagi jika aku keluarkan maka mereka akan memenggal leherku. 
Allah Yang Maha Kuasa dan Agung, telah menunjukan kepadaku semua nama yang akan memasuki Jalan kami ini, dari zaman Abu Bakar as Shidiq hingga hari kiamat nanti, baik laki-laki atau perempuan, semuanya akan memasuki Surga, dengan perantaran syafaat dari para Shaykh di Jalan ini. 
Al Mahdi as akan menjadi salah satu pengikut Jalan ini.
Suatu hari aku berada bersama pengikutku berdzikir bersama. Terasa di hatiku aku telah melakukan kesalahan. Kemudian Tuhan membukakan mataku,Aku telah mengampuni siapapun yang duduk bersamamu dan siapa saja yang meminta perantaraan darimu Allah swt telah menciptakan aku dari sisa cahaya penciptaan Nabi Muhammad saw. 
 Kabah terkadang datang dan melakukan tawaf mengelilingiku. 
 Allah Yang Maha Kuasa, berkata kepadaku, siapa saja yang telah engkau shalat jenazah akan diampuni dan siapa saja yang bercampur tanah kuburannya dengan kuburanmu, akan diampuni. 
Allah swt berkata, Aku telah memberikan anugerah spesial dan kesempurnaan yang tidak seorangpun akan menerimanya hingga saatnya Imam Mahdi as muncul Allah swt memberikan kepadaku kekuatan luar biasa untuk membimbing. Jika aku arahkan kepada pohon yang mati niscaya pohon itu akan menjadi hijau.

Karomah/Keajaiban Beliau

Salah satu shaykh besar menulis surat kepada beliau Adakah para Sahabat menerima pengetahuan seperti tingkat yang engkau telah capai dan bicarakan? jika begitu, adakah mereka menerimanya langsung pada saat yang sama atau di berbagai waktu terpisah?. Ahmad Al-Faruqi menjawab, Aku tidak bisa memberikan sebuah jawaban sekarang kecuali engkau bersedia datang ke tempatku Ketika Shaykh itu datang, seketika itu juga beliau membuka hijab hakikat spiritual kepada Shaykh tersebut dan membersihkan kegelapan dari hatinya hingga Shaykh tersebut jatuh bersujud di kaki beliau dan berkata, Aku percaya, aku percaya! Aku bisa melihat sekarang bahwa para Sahabat menerimanya hanya dengan melihat Rasulullah saw. 
Suatu saat Ahmad al-Faruqi diundang di bulan puasa, Ramadan, oleh sepuluh muridnya untuk berbuka bersama dengan mereka. Beliau menerima semua undangan tersebut. Ketika saat buka puasa bersama tiba, beliau hadir di setiap rumah muridnya, berbuka bersama dan mereka semua melihat beliau di waktu yang sama. 
Beliau melihat ke langit dan saat itu hujan. Beliau berkata,wahai hujan, berhentilah dari jam ini hingga ke jam ini hujan berhenti tepat sesuai dengan waktu yang beliau katakan dan setelah itu hujan turun kembali. 

Raja memerintahkan seseorang untuk dieksekusi.
Laki-laki itu datang kepada Shaykh Ahmad al-Faruqi dan berkata Mohon tulislah surat agar aku dibebaskan dari eksekusi beliau menulis ke Sultan, Jangan eksekusi laki-laki ini. Sultan sangat takut mengampuni orang itu.
Shaykh Ahmad al Faruqi berkata:
aku telah bertemu secara spiritual dengan Imam Abu Hanifa, seluruh guru, dan seluruh muridnya. Aku belajar dari Imam Abu Hanifa dan mereka tentang mazhab Hanafi. Dan aku telah bertemu dengan Imam Shafii, seluruh guru dan muridnya, dan aku telah mempelajari dari mereka mazhab shafii, aku menjadi ahli di kedua mazhab tersebut dan aku bisa memberikan penilaian dari dua mazhab tersebut.
Aku diberi wewenang untuk melakukan inisiasi dalam tiga jalan sufi: Naqshbandi, Suhrawardi dan Chisti.
Beliau sangat terkenal sebagai cendikiawan, sehingga membuat ulama berpengetahuan eksternal (ulama fiqih) di zamannya menjadi cemburu. Mereka mengadu kepada raja dan mengatakan Dia telah mengatakan sesuatu yang tidak ada di dalam agama mereka memaksa Raja untuk memenjarakannya. Beliau dipenjara selama tiga tahun.

Putra beliau, shaykh Sayyid berkata,Beliau berada dalam penjagaan yang ketat. Penjaga berkeliling setiap saat di setiap sudut ruangan. Tetap saja setiap Jumat beliau terlihat di mesjid besar. Meski penjagaan semakin diperketat, beliau selalu menghilang dan muncul di mesjid akhirnya mereka memahami bahwa mereka tidak bisa memenjarakannya dan melepaskannya.

Dari Buku-buku Karya Beliau
Shaykh Ahmad faruqi menulis banyak buku, salah satunya yang terkenal adalah Maktubat . di dalamnya beliau menulis:
Untuk diketahui bahwa sesungguhnya Allah swt telah meletakan kepada kita kewajiban dan larangan-Nya. Allah berfirman Apapun yang Rasulullah berikan kepadamu, ambilah, dan apapun yang beliau tahan darimu, tinggalkanlah (59,7). Jika kita ingin jujur dalam hal ini, berarti kita harus menggapai tingkatan non eksistensi dan kecintaan kepada Dzat Tuhan. Tanpa ini kita tidak akan mencapai tingkat kepatuhan, sebab itu kita dibawah kewajiban lainnya, yaitu mencari Jalan Sufisme, karena Jalan ini akan membimbing kita menuju tingkatan non eksistensi dan kecintaan kepada Dzat Tuhan. Setiap Jalan mempunyai cara yang berbeda dalam soal kesempurnaan, tetap saja setiap Jalan mengajarkan untuk selalu menjaga sunnah dari Nabi Muhammad saw dan mempunyai definisi sendiri tentang itu. Jalan kita, melalui para shaykhnya, membutuhkan kita untuk menjaga seluruh sunnah dari Nabi Muhammad saw dan meninggalkan hal-hal yang dilarang. Para Shaykh kita tidak mengikuti jalan yang mudah melainkan bertahan untuk untuk melalui jalan yang sulit. Di dalam setiap pencarian, mereka selalu menjaga arti dari ayat yaitu orang yang tidak lalai mengingat Tuhan walaupun sedang berniaga atau jual beli (24,37)

Di dalam perjalanan untuk mengungkapkan Tabir Hakikat Ilahi, para pencari bergerak melalui beragam tingkat pengetahuan dan kedekatan kepada Tuhan. Bergerak menuju Allah adalah perpindahan secara vertikal dari tingkatan yang rendah menuju tingkatan yang tinggi hingga pergerakan itu melewati batas ruang dan waktu dan semua tingkat bercampur menjadi yang disebut Pengetahuan yang dibutuhkan dari Tuhan ini juga disebut non eksistensi (fana). Bergerak di dalam Allah, adalah tingkat di mana para pencari bergerak dari tingkatan Nama dan Atribut Ilahi menuju tingkat yang sulit untuk dideskripsikan dengan tanda dan kata.

Ini adalah tingkat dari Kekekalan di dalam Allah swt(baqa)

Bergerak dari Allah, adalah tingkat dimana para pencari kembali dari kehidupan surgawi menuju kehidupan sebab dan akibat, berjalan menurun dari pengetahuan yang tertinggi menuju tempat terendah. Di sini seorang pencari akan melupakan Allah dengan Allah dan dia mengetahui Allah dengan Allah dan dia akan kembali dari Allah menuju Allah. Ini disebut tingkatan terjauh dan terdekat.
Bergerak di dalam materi adalah bergerak bersama seluruh ciptaan. Ini menambah pengetahuan mengenai kedekatan seluruh elemen dan tingkatan di dunia ini setelah musnah di tingkat nihil (non eksistensi/fana).
Di sini para pencari bisa meraih tingkatan bimbingan, dan ini adalah tingkatan para Nabi dan orang-orang yang mengikuti jejak dari Nabi Muhammad saw. Ini membawa pengetahuan Ilahi ke dalam dunia seluruh ciptaan untuk menegakkan bimbingan.
Seluruh proses ini seperti memasukan benang ke jarum.
Benang mencari mata jarum, melewati dan balik kembali ke titik awal, dan akhirnya bertemu dua ujungnya, membentuk simpul dan membuat benang tidak terlepas.
Semuanya membentuk secara keseluruhan, benang, mata, dan jarum dan setiap bahan yang dijahit menjadi bentuk yang menyatu.
Para Shaykh Naqshbandi memilih untuk membimbing para muridnya, pertama melalui pergeraakan dari Allah, berjalan dari tempat tertinggi menuju tempat terendah.
Ini berguna untuk menjaga terungkapnya hijab panorama spiritual dari para murid, baru kemudian melepaskan hijab tersebut pada langkah terakhir. Jalan Spiritual yang lain memulai dari perjalanan menuju Allah, bergerak dari tempat terendah menuju tempat tertinggi, serta melepaskan hijab panorama spiritual pada langkah pertama.
Telah disebutkan di dalam hadist dari Nabi Muhammad saw,Para ulama adalah pewaris dari para Nabi. Pengetahuan para Nabi ada dua macam: pengetahuan tentang hukum-hukum dan pengetahuan rahasia. Para ulama tidak bisa disebut pewaris jika dia tidak mewarisi kedua pengetahuan tersebut. Jika dia hanya menguasai satu macam pengetahuan, maka dia tidak komplit. Pewaris sejati sesungguhnya adalah yang menguasai pengetahuan dari hukum-hukum dan pengetahuan rahasia dari para Nabi, dan hanya para Wali yang menerima dan dilindungi warisannya.

Shaykh Ahmad al-Faruqi meninggalkan banyak buku.
Beliau meninggal pada tanggal 17 Safar 1034H/1624M, pada usia 63 tahun. Beliau dikuburkan di desa Sirhindi. Beliau adalah shaykh dari empat jalan sufi: Naqshbandi, Qadiri, Chisti dan Suhrawardi. Beliau lebih memilih Naqshbandi, karena beliau berkata Naqshbandi adalah ibu dari semua jalan sufi beliau memberikan rahasia dari mata rantai emas (Golden Chain) kepada shaykh Muhammad Masum.

Wallohualam.....alfatihaH...

Wawancara dengan Dr. Sri Mulyati, MA (Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)


Wawancara dengan Dr. Sri Mulyati, MA (Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Oleh Ust. Zon Jonggol (Bogor)

Pandangan Anda terhadap komunitas spiritual kota?

Kalau ada kecenderungan orang kota ke arah spritualitas itu positif-positif saja. Alhamdulillah, berarti ada keinginan orang kota keagamaannya untuk lebih baik. Sebenarnya kalau orang Islam ingin mendekatkan diri kepada Allah, harus benar-benar mempersiapkan diri. Karena ini adalah perjalanan spritual yang harus ada persiapan matang. Banyak karakteristik yang harus dipenuhi, walaupun itu tidak mudah. Tapi keinginan ke arah sana itu sudah bagus.

Bagaimana dengan munculnya pemimpin spiritual instan?

Kalau dalam tradisi tasawuf pemimpinnya adalah seorang mursyid, bukan ustadz biasa, dalam artian bukan sekadar mengajar ilmu secara fisik, karena tasawuf masih ke dimensi ruhaniyah. Tentang karakteristik seorang mursyid, antara lain harus ahli agama, dia sendiri harus mengamalkan syari’at sebaik-baiknya. Ia pun harus mampu membawa murid-muridnya secara ruhaniyah. Seorang mursyid itu tidak lahir dengan sendirinya. Dia dipilih oleh mursyid sebelumnya dan itu preogatif seorang mursyid untuk menentukan siapa kemudian yang akan menggantikannya. Tidak karena anak, saudara atau famili yang lain, tapi karena ilmu dan keikhlasannya. Mursyid-lah yang paling tahu perkembangan spritual murid-muridnya.

Aktifitas seperti Ary Ginanjar, menurut saya, itu baik dan saya rasa itu adalah akhlaq saja, tidak masuk dalam kategori sufi atau tarekat. Karena dia kan memperlihatkan fenomena alam, betapa kecilnya kita, betapa besarnya ciptaan Tuhan itu. Kalau diciptakan begitu, apalagi yang diciptakan itukan menggugah kesadaran akan eksistensi Tuhan, luar biasa. Kita harus menilai positifnya dan saya pernah baca di koran bahwa dia itu tidak pernah mengatakan sufi, apalagi yang bersangkutan tidak mengatakan sufi, bukan juga seorang mursyid.

Trend artis, selebritis, pejabat, dan eksekutif ikut komunitas spiritual kota itu gejala apa?

Alhamdulillah kalau mereka bisa bertaubat, istighfar, karena Allah maha pengampun. Itu kan taubat dalam urut-urutan makamah, zuhud, warak. Kita menilai itu baik, mudah-mudahan begitu.

Sebenarnya cara sufi itu ada berapa tahapan?

Saya kira tahapan pertama yang harus dilewati adalah Takhalli, mengosongkan diri dari segala yang tidak baik, apakah kita bisa? Baru nanti kita bisa sampai pada apa yang disebut Tahalli, harus benar-benar mengisi kebaikan. Apakah kita juga bisa? Berikutnya adalah Tajalli, benar-benar mengetahui rahasia Tuhan. Dan ini adalah bentuk manifestasi dari rahasia-rahasia yang diperlihatkan kepada hamba-Nya. Boleh jadi mereka sudah Takhalli tapi sudah ditunjukkan oleh Allah kepada yang ia kehendaki, dalam teori sunni kan begitu.

Ada juga wirid dan dzikir yang marak selama ini?

Tidak mesti apa yang dia lakukan itu, dalam golongan sufi. Kalau kita pahami secara konvensional tarekat adalah suatu bagian dari tasawuf, dalam konteks ini adalah muktabarah dan ghairu muktabarah. Yang muktabarah jelas silsilahnya sampai kepada Rasulullah, amaliahnya ini, praktik sehari-harinya itu sesuai dengan syari’ah yang begitu. Adapun misalnya orang beramal baca surat ikhlas 1000 kali, itu gak apa-apa, itu amaliyah fadlail saja. Jadi tidak mesti harus digolongkan ke sufi. Masalahnya karena dalam kajian tasawuf, wabil khusus tarekah, itu memang ada rambu-rambunya. Jadi kalau misalnya tidak ada kriteria muktabarah, ya tidak otomatis masuk dalam tasawuf. Tarikah bukan, sufi bukan, apalagi tidak ada mursyid dan tidak ada silsilah, jadi yang begini ini masuk grup akhlak saja, grup moral, tidak apa-apa dari pada grup Narkoba, naudubilla…. Dan sejauh tidak ada kaitannya dengan mursyid, maka tidak ada kaitannya dengan tarekat dan sejauh tidak ada murid tarekat, ya grup moral saja dan itu bagus. Seperti misalnya ada grup dzikir, kan lebih baik zikir dari pada ngobrol yang tidak ada manfaatnya. Kita harus punya pandangan yang positif. Alhamdulillah masih banyak orang yang mengingat Allah. Kalau orang pandangannya negatif bagaimana? Seperti dzikir jahar, ada yang bertanya apakah Tuhan tuli? Dia tidak tahu riwayatnya. Rasullulah mambaiat Ali berdzikir dengan jahar. Nabi mengajarkannya, sebab itulah kemudian dijadikan referensi dzikir jahar atau dengan suara keras.

Mashudi Umar
http://www.facebook.com/mashudi.umar

Sumber: http://mashudi-centre.blogspot.com/2008/10/spiritual-kota-itu-bukan-gerakan-sufi.html

KH Zezen Zainal Abidin: Orang Memandang Kemuliaan


Medan, (Analisa). Wakil Talqin TQN Pondok Pesantren Suryalaya Sukabumi Jawa Barat, KH Zezen Zainal Abidin mengatakan, ada kecenderungan orang-orang memandang kemuliaan seseorang hanya melihat dari status sosialnya.
“Orang yang memiliki harta kekayaan yang banyak, pangkat dan jabatan tinggi selalu dianggap sebagai orang mulia. Sedangkan fakir miskin selalu dianggap rendah dan hina. Padahal, Allah swt menyatakan, semulia-mulia manusia di sisi-Nya adalah orang-orang yang bertakwa,” katanya dalam tausiyahnya pada zikir akbar diselenggarakan Majelis Zikir Tazkira Sumut di Masjid Agung Medan, Minggu (8/7).
Zikir dan Tabligh Akbar memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw dan menyambut Ramadhan 1433 H dihadiri jamaah dari berbagai kabupaten/kota. Turut juga hadir Ketua Umum Majelis Zikir Tazkira Sumut Buya KH Amiruddin MS.
Menurutnya, orang yang memiliki harta melimpah-ruah, tetapi tidak bertakwa kepada Allah swt, harta kekayaannya itu tidak bisa memuliakannya. Begitu pula pejabat dan berpangkat tinggi yang selalu disebut sebagai pemimpin tidak akan mendapatkan kemuliaan dari Allah swt, jika dia tidak bertakwa.
Karena itu, sambungnya, banyak manusia yang tidak tahu dan tidak mengenal siapa dirinya. Hal ini disebabkan, dia tidak pernah “zikrullah” (berzikir kepada Allah), karena disilaukan dengan kesenangan hidup di dunia.
“Ada empat lapisan yang dimiliki manusia menurut Syekh Abdul Qadir Zailany. Yakni, jasad, qalbu, fu’ad dan sirri. Jika empat lapisan ini disadari manusia, maka dia akan mengenal siapa dirinya sebenarnya,” jelas Ajengan KH Zezen Zainal Abidin, penerus almarhum Syekh Abah Anom Tajuddin dalam memimpin Ponpes Suryalaya Sukabumi Jabar.
Dia juga menjelaskan tentang perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw mulai dari Masjidil Haram hingga ke Masjidil Aqsha serta ke Sidratul Muntaha.
Dia mengajak jamaah agar senantiasa berzikir kepada Allah untuk mendapatkan ketenteraman dan ketenangan hati.
Zikir Ramadhan
Sebelumnya, Ketua Umum Majelis Zikir Tazkira Sumut Buya KH Amiruddin MS dalam sekapur sirihnya mengatakan, awal didirikannya Tazkira Sumut pada 9 Mei 2004, setelah mendapat izin/restu dari Syekh Abah Anom Tajuddin (alm) pada 2003 yang kini memiliki 14 pengurus daerah kabupaten/kota di Sumut.
Dikemukakannya, Zikir Akbar Tazkira Sumut yang dilaksanakan Ahad kedua setiap bulan di Masjid Agung Medan saat ini merupakan zikir ke-98 yang bertepatan dengan bulan Sya’ban sebagai bulan istimewa.
Pada Ahad kedua bulan Agustus yang masih berada pada bulan suci Ramadhan, Tazkira tetap berzikir. Sebab, dalam berzikir kepada Allah tidak ada liburnya. Dalam zikir nanti kita akan menampilkan dua narasumber yang berkolaborasi yakni, Prof Dr KH Fauzi Ahmad dari Jakarta, dan Ketua Umum MUI Medan Prof Dr H Mohd Hatta.
Buya KH Amiruddin MS juga menjelaskan tentang keberadaan “Tazkira TV” yang akan diresmikan/diluncukan pada Ramadhan tahun ini. Televisi dakwah dan zikir ini juga bisa dimanfaatkan jamaah zikir dan umat Islam untuk acara-acara penting.
Ditambahkannya, pada Ahad ketiga Juli ini (Minggu, 15 Juli), merupakan Zikir Akbar Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut yang akan dilaksanakan di Masjid Raya Al-Mash’un Jalan Sisingamangaraja Medan dimulai pukul 08.30 WIB. (sug)

Sumber :

shalat masbuk sibuk facebook


Tema ini menyindir kami pribadi karena terkadang mungkin kita disibukkan dengan urusan dunia, urusan pekerjaan, urusan keluarga atau yang menjadi fenomena akhir-akhir ini sibuk bermain facebook dan internet dunia maya. Sehingga kita lalai shalat berjamaah tepat waktu dan sering ketinggalan takbir pertama. Padahal jika atasan atau mungkin presiden yang memanggil kita segera memenuhi panggilan tersebut, namun jika panggilan adzan?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا
إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ
“Jikalau orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam mengumandangkan adzan dan shaf pertama (berupa pahala), kemudian mereka tidak mendapatkan (orang yang berhak atas itu) kecuali mereka berundi atasnya, maka niscaya mereka berundi, dan jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid (berupa pahala), maka mereka niscaya akan berlomba-lomba kepadanya”[1]
Ulama mengatakan bahwa salah satu cara agar bersemangat beramal adalah melihat bagaimana amal dan semangat para salafus shalih Yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kita. Berikut bagaimana teladan mereka,
Waki’ bin Al-Jarrah rahimahullahu Berkata,
قَالَ وَكِيْعُ بنُ الجَرَّاحِ: كَانَ الأَعْمَشُ قَرِيْباً مِنْ سَبْعِيْنَ سَنَةً لَمْ تَفُتْهُ التَّكْبِيْرَةُ الأُوْلَى.
“Al-A’masy  ketika mendekati umur 70 tahun namun tidak pernah tertinggal takbir pertama [takbiratul ihram shalat berjamaah].”[2]
Muhammad bin Sama’ah rahimahullahu berkata,
عن محمد بن سماعه قال مكثت أربعين سنة لم تفتني التكبيرة الأولى إلا يوما واحدا ماتت فيه أمي ففاتتني صلاة واحدة في جماعة فقمت فصليت خمسا وعشرين صلاة أريد بذلك التضعيف
“Saya tinggal selama 40 tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yaitu hari ketika Ibuku meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah, kemudian saya shalat sebanyak 25 kali karena menginginkan dilipatgandakan [pahala]…”[3]
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu mengisahkan biografi Sa’id bin Al-Musayyab rahimahullahu,
ما نودي بالصلاة من أربعين سنة إلا وسعيد في المسجد
“Tidaklah diseru panggilan shalat sejak 40 tahun melainkan Sa’id berada di dalam masjid”[4]
Berkata Asy-Sya’bi rahimahullahu,
ما أقيمت الصلاة منذ أسلمت الا وأنا على وضوء
“tidaklah diiqamati shalat sejak aku masuk Islam melainkan aku masih dalam keadaan mempunyai wudhu [masih suci].”[5]
Dan jika kita datang cepat ketika shalat berjamaah maka kita bisa mendapat banyak kebaikan seperti sempat shalat rawatib qabliyah dan bisa berdoa di antaran adzan dan iqamat di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا
Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).”[6]
Jadi mari kita “berhenti beraktifitas ketika adzan berkumandang”. Semoga Allah memudahkan kita dan membantu kita dalam beribadah, semoga kami pribadi bisa menjalankannya. amin
wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid
29 Rabiul Awal 1433 H bertepatan 22 Februari 2012
Penyusun: Raehanul Bahraen

[1] [HR. Bukhari dan Muslim.]

[2]  [Siyar A’lam An-Nubala’ 6/345, Darul Hadits,Koiro, 1427 H, Asy Syamilah]

[3] [Tahdzibut Tahdzib 9/204, Mathba’ah Dairatil Ma’arif, India, cet. I, 1326 H, Asy-Syamilah]

[4] [Tahdzibut Tahdzib 4/87, Mathba’ah Dairatil Ma’arif, India, cet. I, 1326 H, Asy-Syamilah]

[5] [Tahdzibut Tahdzib 7/166, Mathba’ah Dairatil Ma’arif, India, cet. I, 1326 H, Asy-Syamilah]
[6] HR. Ahmad 3/155. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih